Banda Aceh – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Samarkilang dinilai cenderung merusak lingkungan. Karena itu, anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Sulaiman, mendesak pembangunan PLTA berkapasitas 82 MW itu dibatalkan. “Pembangunan itu tidak mengutamakan kepentingan masyarakat. Jadi, lebih baik dibatalkan saja,” kata Sulaiman, Senin (1/2). Rencananya, PLTA itu akan dibangun di Kecamatan Syiah Utama, Bener Meriah. Proyek yang dibangun oleh PT Bener Meriah Electric Power ini akan membelah hutan untuk jalur transmisi yang berada di Aceh Tengah.
PLTA Samarkilang akan menggunakan aliran sungai Krueng Jambo Aye, yang hilirnya sampai ke kawasan Aceh Utara dan Aceh Timur. Luas areal yang terkena proyek PLTA ini mencapai 123 hektare. Mencakup kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan area penggunaan lain. Padahal, kawasan ini menjadi habitat penting satwa kunci hutan Aceh. Seperti badak, gajah, dan harimau. Kawasan itu juga menjadi habitat beruang madu dan sejumlah jenis satwa yang terancam punah lainnya. “Kalau memang ada alternatif lain, selain PLTA Samarkilang yang nyata-nyata merusak ekosistem, lebih baik itu ditunda dan tidak dilakukan pembangunan,” tegas Sulaiman. Dia menambahkan, kepentingan masyarakat harus diutamakan ketimbang harus menghadirkan investor yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan setempat. Selain itu, kata Sulaiman, PLTA Samarkilang itu juga tidak akan mempengaruhi pasokan listrik di Aceh.
Jika dipaksakan, pembangunan PLTA Samarkilang tak hanya akan menganggu habitat satwa liar, tapi juga menunculkan konflik dengan warga di sekitar daerah itu. Dia menyarankan pemerintah melarang perusahaan itu melanjutkan proyek PLTA. Apalagi masih ada alternatif lain untuk memperoleh listrik.
“Menghindarkan masyarakat dan satwa liar berkonflik adalah hal utama. Dan mencegah potensi bencana akibat kerusakan hutan harusnya jadi prioritas bersama,” tegas Sulaiman lagi. Menurut Sulaiman, ada banyak alternatif lain untuk penyediaan listrik di Aceh. Salah satunya dengan menghidupkan Geotermal yang ada di Seulawah Agam, Aceh Besar. Selain itu, di Kabupaten Gayo Lues juga banyak sumber panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik. “Masih banyak alternatif lain untuk penyediaan listrik di Aceh,” ungkap Sulaiman.(@ndi/Wahyudin)